Follower

Sabtu, 27 Juni 2020

Resensi Novel Negeri Para Bedebah

Assalamu'alaikum

Jujur ini adalah salah dua novel yang membuka pandanganku mengenai perpolitikan di Indonesia. Tak hanya itu, novel ini juga menceritakan tentang perekonomian global, rekayasan keuangan, imperium bisnis, mafia hukum, konspirasi, dan segala hal "mengerikan" lainnya. Seperti fiktif, tapi nyata. Seperti nyata, tapi fiktif.

Aku rasa Tere Liye adalah orang yang cerdas secara bahasa (ya iyalah namanya juga penulis, hihi). Dia tampaknya serius melakukan riset, observasi, mengumpulkan banyak data dan fakta di lapangan, kemudian mengolahnya menjadi sebuah sajian, hiburan, bacaan, perenungan, dan proyeksi yang menarik ke hadapan kita.

Novel dwilogi ini terdiri dari 2 judul, yaitu:

Judul 1: Negeri Para Bedebah
Terbit: Juli 2012, Cetakan ke empat Mei 2013
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 433 halaman
Harga: Rp 60.000,- (di toko buku Gramedia, atau berdiskon di toko buku lain)


Adalah Thomas atau Tommi yang menjadi tokoh sentral dari keseluruhan cerita. Masa kecilnya kelam. Orangtuanya meninggal dibakar oleh masyarakat sekitarnya, yang protes karena sebuah "Arisan Berantai" yang didirikan omnya, Liem Soerja, dan papanya, Edward. Adalah Liem yang berambisi membangun bisnis keluarga yang besar, yang akhirnya harus kandas di tengah jalan. Edward lebih kalem, walaupun tetap mengikuti ide Liem. Apakah benar masyarakat sekitar yang tidak puas dengan bisnis Arisan Berantai tersebut yang membakar rumah Opa (orangtua Edward dan Liem, kakek Thomas)? Hey, apakah kalian berpikir sesederhana itu? ;)

Thomas yang yatim piatu akhirnya dikirim oleh para tetangganya ke sebuah sekolah berasrama terpencil di dekat pantai. Sekolah yang mengubah hidupnya secara total. Thomas yang sedih dan sakit hati berubah menjadi Thomas yang pintar, gagah, tampan, dan berhasil menyelesaikan sekolah masternya di luar negeri. Master dalam bidang ekonomi bisnis, sekaligus master dalam bidang politik. Bisa kalian bayangkan bagaimana ia mondar-mandir di dua jurusan berbeda, melahap semua buku pelajaran dengan ganas, belajar "berbicara" di depan banyak orang secara persuasif, melatih gestur dan sapuan pandangan ke seluruh hadirin untuk memberikan efek menghipnosis.

Thomas yang berusia 33 tahun kini memiliki sebuah kantor konsultan keuangan yang sangat terkenal. Tak pernah salah memberikan nasihat keuangan kepada semua perusahaan kliennya. Ia amat berpengaruh. Tegas, cerdas, akurat, penuh perhitungan, dan... JOMBLO! Wohooooo. No time for any woman, Tommi? ;)

Kalian tak akan percaya bahwa setting waktu dalam novel pertama ini hanyalah dua hari. Iya, HANYA DUA HARI. Bagaimana bisa sebuah novel setebal 433 halaman mengisahkan seluruh rangkaian cerita yang begitu rumit selama HANYA DUA HARI?

Kuncinya ada di alur ceritanya yang sangat rapat, padat, dan cepat. Dua hari adalah waktu yang cukup singkat bagi Thomas untuk menyelamatkan Bank Semesta, bank milik Om Liem. Bank bermasalah yang harusnya sejak 6 tahun lalu ditutup itu memiliki banyak kasus hukum. Apalagi Om Liem, memiliki catatan gelap hukum yang tak terbilang banyaknya.

Ketika membaca novel ini, aku beberapa kali ikut tegang, ikut menerka-nerka siapa dalang di balik kejadian tersebut, apa yang akan dilakukan Thomas selanjutnya, akankah "uang" yang (lagi-lagi) bicara dan mampu menyelesaikan masalah? Thomas terbang dari dan ke Jakarta, Hong Kong, Bali, dan berbagai tempat lain dalam hitungan jam, bukan hari. Terlalu banyak "urusan penting" yang harus diselesaikannya untuk mati-matian menyelamatkan Bank Semesta.

Apakah ada yang berpikir kasus dalam novel ini mirip dengan kasus Bank Century yang sampai sekarang terus saja diselidiki tanpa ada ujungnya? Jika ada yang menjawab iya, maka kalian mirip denganku. Aku juga mereka-reka demikian. Mirip, walau tak serupa. Aku agak kecewa awalnya mengapa Tere Liye tidak membuat sebuah cerita yang "baru", yang orisinil miliknya? Mengapa harus mengadaptasi dari kejadian asli di negeri ini, negeri pada bedebah, Indonesia? Namun, protesku tenggelam begitu saja seiring aku terus membaca kisahnya yang mengalir hingga tuntas. Bagaimana sepak terjang Thomas menemui ibu menteri keuangan, melobi petinggi partai, menyumpal mulut para bedebah di kepolisian, dan beberapa kali kabur dari penjara, demi menyelamatkan Bank Semesta? Apakah Bank Semesta akhirnya ditutup atau justru diselamatkan pemerintah? Baca donk ah :)))
Dari : petypuri.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar